Coba perhatikan sekitar Anda di kantor,
adakah orang yang gemar mengeluh?
Keluhannya bervariasi, mulai dari
mengeluh tentang kinerja pemerintahan yang dianggapnya tidak memihak rakyat
kecil, hingga tentang fasilitas kantor yang dirasa minim.
Dia merasa tidak ada satu pun
orang atau situasi yang mampu memuaskannya.
Hati dan pikirannya seakan-akan
tengah menjalankan misi untuk mengkritisi atau bahkan memperbaiki kekacauan
yang tengah terjadi di muka bumi ini.
Kalau diperhatikan lagi dengan
lebih seksama, jenis orang seperti ini umumnya memiliki sikap pemurung dan
pesimistis.
Mereka mudah dikenali, tidak
hanya dari kata-katanya yang dipilih saat berbicara (negatif), tetapi juga dari
mimik mukanya yang redup.
Satu hal lagi, dia akan nyaman
berkumpul dengan orang-orang yang punya sikap dan kebiasaan yang sama.
Seperti kata pepatah – yang
juga sejalan dengan hukum psikologi – bahwa “kambing akan berkumpul dengan
kambing lagi”.
Mereka biasanya berkerumun di
lorong kantor, di kantin, di dapur dan di tempat-tempat tersembunyi lainnya.
Tak seorang pun yang ingin
berdekatan dengan orang yang pemurung dan pesimistis.
Kita
semua mencari, menyukai, dan mengagumi orang-orang yang memiliki pandangan dan
wawasan yang positif dan optimistis terhadap kehidupan.
Mengapa?
Karena
itulah yang sesungguhnya kita butuhkan. Melihat semangat yang positif seperti
ini pada diri orang lain menyebabkan kita semakin menyukai mereka.
Cobalah
ingat tentang seseorang dalam hidup Anda yang Anda tidak dapat berdekatan
dengannya.
Dalam berbagai kesempatan ia
selalu mengeluh tentang sesuatu, selalu jengkel dengan seseorang, selalu
menyalahkan segala sesuatu, termasuk mengeluhkan karirnya yang tidak pernah
beranjak.
Dia tidak menyadari kalau
kebiasaannya mengeluh adalah penyebab utamanya.
Anda mungkin juga pernah
mendengar sebuah cerita inspirasi (Motivasi)
yang menggambarkan seorang sosok yang positif dan selalu bersikap optimis.
Ceritanya seperti ini:
Seorang Ibu terapung-apung di
tengah lautan karena kapal yang ditumpanginya tenggelam.
Tidak seperti yang lainnya, Ibu
ini selalu tersenyum dengan ekspresi muka yang gembira.
Orang disampingnya yang
bergelayut di sebatang kayu yang sama, dengan heran bertanya; “Bu, kok kelihatannya
senang, bukankah saat ini kita tengah mempertaruhkan nyawa kita ?”
Dengan santai Ibu itu menjawab;
“Bagaimana tidak senang, saat ini aku dihadapkan pada dua kemungkinan.
Kedua kemungkinan itu sama-sama
menguntungkan buatku.”
Merasa jawaban Ibu itu tidak
memuaskan, orang yang disampingnya terus mendesak; “Maksud Ibu apa ya ?”
“Begini, kalau aku selamat itu
artinya aku akan berjumpa dengan anak-anakku di daratan sana.
Kalau aku tenggelam dan
meninggal, berarti aku akan berjumpa dengan suamiku yang sudah menanti di
surga.
Bukankah keduanya sama-sama
menguntungkan ?”
Saya yakin Anda tidak pernah mengeluh, Karena Anda tahu bahwa saat kita
mengeluh, saat itu pula kita sedang memperlihatkan kualitas rendah diri kita.
Merujuk pada hukum tarik menarik
(Law of Attraction), saat kita mengeluh perasaan akan menjadi buruk dan itu
berarti kita sedang mengundang orang-orang dan situasi yang buruk hadir
dalam kehidupan kita.
Begitu juga sebaliknya, saat
kita bersyukur perasaan kita akan terasa nyaman atau baik. Dan itu akan
menarik orang-orang dan situasi yang baik pula.
Dalam kehidupan nyata, kita
tidak selalu bisa mengubah situasi menjadi seperti yang kita inginkan, tetapi
kita selalu bisa mengubah cara pandang kita menjadi seperti yang kita inginkan.
You
are what you think.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar