Rabu, 25 Maret 2015

Urutan Upacara Nyepi

Sekilas tentang Urutan Upacara dalam menyambut Hari Raya Nyepi
1.     TAHAP PERTAMA (MELASTI)
Melasti adalah Bahasa Kawi berasal dari Kata “ mala “= Kotoran dan “asti”= abu/lebur dengan demikian melasti artinya melebur kotoran.
Kegiatan Melasti juga disebut melelasti, melis, mesucian, mekiyis
Dalam Lontar Sangyang Aji Swamandala disebutkan :
            ….. ANGANYUTAKEN LARANING JAGAT, PAKLESA LETUHING BHUANA
Yang artinya untuk melenyapkan penderitaan masyarakat (kotoran Bhuana Alit) dan kekotoran Dunia (kotoran Bhuwana Agung)
Ada juga dalam lontar Sundarigama disebutkan :
            …… AMET SARINING AMERTA KAMANDALU RI TELENGING SAMUDRA
Artinya kurang lebih untuk memproleh air suci kehidupan (sarining Bhuana) di tengah-tengah samudera/laut

Jadi Melasti bertujuan untuk melenyapkan kekotoran dunia dan melenyapkan penderitaan manusia yang menumpuk di Tahun yang lalu (misalnya Isaka 1936), serta memohon tirta amerta kamandalu, yaitu air suci kehidupan untuk Tahun yang akan dating (misalnya sekarang Isaka 1937)
Pelaksanaanya dengan mengusung pretime-pretime (niyasa Ida Bethara ) ke Laut
Ditepi laut upacara dilaksanakan dengan menghaturkan banten suci kehadapan Sang Hyang Baruna , serta mohon tirta penglukatan /pebersihan ke hadapan Gangga Dewi untuk pretime , prelingga, jempana, bangunan suci, alat-alat upacara, serta semua anggota Masyarakat
Upacara Melasti ini dilaksanakan 2 (dua) hari sebelum Nyepi (Sipeng)

2.     TAHAP KEDUA (NYEJER DI PURA)  
Sekembalinya dari melasti, pretima (niyasa Ida Bethara) di-stanakan di Pura. Di sini warga masyarakat mendapat kesempatan ngaturang ayaban serta mohon
dianugrahi kesucian dan ketentraman batin dalam menyambut Hari raya Nyepi.

            3.TAHAP KETIGA (PECARUAN TAWUR KESANGA)
Dilaksanakan oleh Tri sadaka di perapatan Agung. Hari itu tepat Tilem Chaitra (Kesanga)
Tujuan pecaruan adalah untuk membina hubungan yang harmonis antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, manusia dengan manusi, dan
manusia dengan alam (Trihitakarana = tiga sebab yang menjadi baik)
            caru yang digunakan :
1.     Di Tingkat Provinsi Tawur Agung
2.     Di Tingkat Kabupaten : Panca Kelud
3.     Di Tingkat Kecamatan : Panca Sanak
4.     Di Tingkat Desa : Panca sata
5.     Di Tingkat Banjar : Eka Sata
6.     Di Rumah masing-masing Warga

·        Di Pemerajan menghaturkan kpd Ida Bhetra Peras, ajuman, daksina, ketipat kelanan, canang lenga wangi, burat wangi, bija beras kuning
·        Di Natar Pemerajan menghaturakan kpd sang Bhuta Kala segehan nasi cacah 108 tanding, ulam jejeroan mentah, segehan agung, tetabuhan arak/berem/
tuak/toya anyar.  
·        Di Pintu masuk halaman rumah nanceb sanggah cucuk dengan banten daksina, jauman, peras, dandanan tumpeng ketan, sesayut, panyeneng, janganan.
·        Di bawah  sanggah cucuk segehan agung, segehan manca warna 9 tanding, olahan ayam brumbun, tetabuhan arak/berem/tuak/air
Setelah itu semua keluarga natab beakala, prayascita, sesayut lara melaradan, lalu melaksanakan pengerupukan
Acara terakhir adalah ngelihgihang pretima Ida Bethara kembali ke palinggih semula (Nyineb)

4.     TAHAP KEEMPAT (SIPENG)
Melaksanakan Catur Brata Penyepian : Amati Agni, Amati Karya, Amati Lalanguan, Amati Lelungaan.
1.     Amati Agni, artinya tidak menyalakan apisecara skala, dan api secara niskala, yaitu marah, nafsu sex dan pikiran kotor lainnya.
2.     Amati Karya, artinya tidak melaksanakan kerja fisik agar dapar melaksanakan tapa, berata, yoga, samadi.
3.     Amati Lalanguan (langu= indah, asyik, mempesona) artinya tidak menikmati keindahan atau sesuatu yang mengasyikkan seperti nonton TV,
mendengar lagu-lagu, main judi, ceki, main catur, bergaul sambil tertawa, dll.
4.     Amati Lelungaan, artinya tidak bepergian keluar rumah karena melaksanakan tapa, berata, yoga, samadi.

5.     TAHAP KELIMA (NGEMBAK AGNI)
Keesokan harinya  sejak jam 06.00 melepaskan Brata penyepian dan melaksanakan Dharma Shanti

6.     TAHAP KEENAM (BETHARA TURUN KABEH)
Jatuh pada Purnama Kadasa, yaitu 14 hari setelah Sipeng. Pada hari ini Ida Sang Hyang Widhi Wasa turun di Besakih diiringi oleh segenap manifestasi Beliau
sebagai Dewa-Dewi.  Ida Sang Hyang Widhi Wasa turun ke Besakih karena Bhuana Agung dan Bhuana Alit sudah  “ bersih  “ lalu memberkati umat manusia

untuk menikmati kehidupan yang lebih baik di tahun yang akan dating.

Tidak ada komentar: