Telah
terjadi tiga kali perubahan nama sebelum penetapan nama rangkaian pelinggih
menjadi Pura Luhur Puncak Les. Sejarah berdirinya linggih (pura) dimulai dengan
prosesi nanceb turus lumbung pada tahun 1984. Prosesi ini dimulai
berdasarkan perintah bebawosan dari Ida Bhatara Pucak Adeng. Adapun
tahapan-tahapan prosesi ritual yang dilaksanakan sampai terwujudnya Pura Luhur
Puncak Les, adalah sebagai berikut :
Pertama
tahun 1984, prosesi nanceb turus lumbung dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk di pinggiran Tukad Dekah. Setelah nanceb turus lumbung, seiring
dengan perjalanan waktu selama enam bulan, ada perintah lagi dari Ida Bhatara
Pucak Adeng. Beliau mengamanatkan agar penggunaan pelinggih turus lumbung
diganti dengan pelinggih bebaturan walaupun tampilannya sangat
sederhana. Selanjutnya pelinggih yang berupa bebaturan tersebut supaya diberi
nama Linggih Tengah Saru, yang bermakna linggih inti (utama) yang masih
tersembunyi. Atas bebawosan Ida Bhatara Pucak Adeng, linggih tersebut
tidak boleh disebarluaskan kepada masyarakat (umum) sebelum waktunya. Pan Mina
sebagai pengawit nanceb turus lumbung senantiasa diharapkan selalu
mengikuti perintah dan petunjuk Ida Bhatara, baik menyangkut pembangunan
pelinggih berikutnya maupun upacara serta prinsip-prinsip / geguwat sunya
yang mesti dilaksanakan.
Tahun
1987 dilaksanakan upacara pemelaspasan semua pelinggih yang berbentuk bebaturan
yang sangat sederhana, seperti pelinggih Ida Bhatari Lingsir Dalem Sidakarya
yang berada di ujung selatan areal Puncak Les dan pelinggih Ida Bhatara Lingsir
Puncak Sang Kulputih yang berada di ujung utara areal Puncak Les. Kedua
pelinggih tersebut berstatus pelinggih Rwa Bhineda. Di dalam areal utama
berdiri beberapa pelinggih di antaranya pelinggih utama Ida Sanghyang Achintya
(Ida Bhatara Siwa Tunggal), pelinggih Pengingkup, pelinggih Taksu Agung,
pelinggih Pucak Blebu/ Pucak Lingga Jati, pelinggih Munduk Tegeh/ Pucak Terate
Bang. Juga terdapat pelinggih Ida Bung Karno (didirikan atas permintaan khusus
roh Bung Karno yang sudah mencapai kesucian, dengan tujuan agar Beliau dapat
mengabdi kepada Ida Bhatara di Puncak Les. Bangunan lain yang juga ikut
dipelaspas sebagai bangunan pendukung yaitu Bale Paruman, Apit Lawang, Bale
Pesayuban dan Apit Surang.
Kedua,
tahun 1988 atas perintah dan petunjuk Ida Bhatari Dewi Danu, supaya nama
linggih diganti dengan nama Linggih Tengah Segara. Hal ini bermakna
sebagai tempat suci / linggih yang berkedudukan tepat sebagai porosnya bumi.
Ketiga,
dalam tahun 1988 pula atas perintah dan petunjuk Ida Sanghyang Achintya supaya
nama linggih diganti dengan nama Puncak Sila Semana. Nama ini bermakna
tempat utama sebagai tempat untuk duduk bersila melaksanakan yoga semadhi ngerastitian
jagat beserta segala isinya.
Keempat,
dalam tahun 1989 kembali atas perintah dan petunjuk Ida Sanghyang Achintya,
supaya nama linggih diganti dengan nama Puncak Les Pedabdab Jagat.
Untuk mudahnya atas perkenan Beliau, diperbolehkan menggunakan nama Puncak
Les saja, atau lebih tepat dengan nama Pura Luhur Puncak Les. Kata “Les” mempunyai makna “inti” atau “utama”, adalah tempat suci
yang merupakan sumber/ sentral kehidupan yang dicari semua umat manusia maupun
semua mahluk hidup di bumi ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar