Jumat, 21 November 2014

Sejarah Pura Luhur Puncak Les

Telah terjadi tiga kali perubahan nama sebelum penetapan nama rangkaian pelinggih menjadi Pura Luhur Puncak Les. Sejarah berdirinya linggih (pura) dimulai dengan prosesi nanceb turus lumbung pada tahun 1984. Prosesi ini dimulai berdasarkan perintah bebawosan dari Ida Bhatara Pucak Adeng. Adapun tahapan-tahapan prosesi ritual yang dilaksanakan sampai terwujudnya Pura Luhur Puncak Les, adalah sebagai berikut :


Pertama tahun 1984, prosesi nanceb turus lumbung dilaksanakan sesuai dengan petunjuk di pinggiran Tukad Dekah. Setelah nanceb turus lumbung, seiring dengan perjalanan waktu selama enam bulan, ada perintah lagi dari Ida Bhatara Pucak Adeng. Beliau mengamanatkan agar penggunaan pelinggih turus lumbung diganti dengan pelinggih bebaturan walaupun tampilannya sangat sederhana. Selanjutnya pelinggih yang berupa bebaturan tersebut supaya diberi nama Linggih Tengah Saru, yang bermakna linggih inti (utama) yang masih tersembunyi. Atas bebawosan Ida Bhatara Pucak Adeng, linggih tersebut tidak boleh disebarluaskan kepada masyarakat (umum) sebelum waktunya. Pan Mina sebagai pengawit nanceb turus lumbung senantiasa diharapkan selalu mengikuti perintah dan petunjuk Ida Bhatara, baik menyangkut pembangunan pelinggih berikutnya maupun upacara serta prinsip-prinsip / geguwat sunya yang mesti dilaksanakan.

Tahun 1987 dilaksanakan upacara pemelaspasan semua pelinggih yang berbentuk bebaturan yang sangat sederhana, seperti pelinggih Ida Bhatari Lingsir Dalem Sidakarya yang berada di ujung selatan areal Puncak Les dan pelinggih Ida Bhatara Lingsir Puncak Sang Kulputih yang berada di ujung utara areal Puncak Les. Kedua pelinggih tersebut berstatus pelinggih Rwa Bhineda. Di dalam areal utama berdiri beberapa pelinggih di antaranya pelinggih utama Ida Sanghyang Achintya (Ida Bhatara Siwa Tunggal), pelinggih Pengingkup, pelinggih Taksu Agung, pelinggih Pucak Blebu/ Pucak Lingga Jati, pelinggih Munduk Tegeh/ Pucak Terate Bang. Juga terdapat pelinggih Ida Bung Karno (didirikan atas permintaan khusus roh Bung Karno yang sudah mencapai kesucian, dengan tujuan agar Beliau dapat mengabdi kepada Ida Bhatara di Puncak Les. Bangunan lain yang juga ikut dipelaspas sebagai bangunan pendukung yaitu Bale Paruman, Apit Lawang, Bale Pesayuban dan Apit Surang.

Kedua, tahun 1988 atas perintah dan petunjuk Ida Bhatari Dewi Danu, supaya nama linggih diganti dengan nama Linggih Tengah Segara. Hal ini bermakna sebagai tempat suci / linggih yang berkedudukan tepat sebagai porosnya bumi.

Ketiga, dalam tahun 1988 pula atas perintah dan petunjuk Ida Sanghyang Achintya supaya nama linggih diganti dengan nama Puncak Sila Semana. Nama ini bermakna tempat utama sebagai tempat untuk duduk bersila melaksanakan yoga semadhi ngerastitian jagat beserta segala isinya.

Keempat, dalam tahun 1989 kembali atas perintah dan petunjuk Ida Sanghyang Achintya, supaya nama linggih diganti dengan  nama Puncak Les Pedabdab Jagat. Untuk mudahnya atas perkenan Beliau, diperbolehkan menggunakan nama Puncak Les saja, atau lebih tepat dengan nama Pura Luhur Puncak Les. Kata “Les” mempunyai makna “inti” atau “utama”, adalah tempat suci yang merupakan sumber/ sentral kehidupan yang dicari semua umat manusia maupun semua mahluk hidup di bumi ini

Tidak ada komentar: