Ada
perbedaan antara kebijaksanaan dan pengetahuan. Orang bisa saja mengatakan
bahwa kebijaksanaan adalah pengetahuan yang dibawa masuk ke dalam hati
seseorang untuk kemudian dirasakan atau dialami sebagai kebenaran.
Kita
tidak bisa mendapatkan kebijaksanaan dengan cara pasif menerima apa yang kita
baca atau dengan mempercayai apa yang dikatakan orang lain kepada kita. Sebelum
informasi yang kita baca atau dapat dari orang lain itu diuji oleh pengalaman
kita sendiri, tidak mungkin ada kebijaksanaan.
Kebijaksanaan
memerlukan perhatian terhadap kehidupan dan kesediaan untuk bertanya dan
mengalami langsung apa yang benar.
Seringkali
kita merasa apa yang kita lakukan adalah hal yang baik pada saat itu, tetapi
kita tak menyadari hal itu akan membawa keburukan di waktu nanti
Berikut
petikan email yang saya peroleh dari seorang sahabat, yang mungkin bisa menjadi
bahan pencerahan berharga bagi kita semuanya. :
Suatu
ketika terdapatlah seorang pertapa muda yang sedang bermeditasi dibawa pohon
yang teduh dipinggir sungai. Saat sedang konsentrasi tiba-tiba perhatiannya
terpecah dengan suara yang berisik. Kemudian ia membuka matanya untuk melihat
apa yang terjadi.
Ternyata
suara yang ditimbulkan oleh seekor kepiting yang sedang berusaha keras untuk
mencapai tepian sungai dengan melawan arus. Karena merasa kasihan, pertapa itu
mengulurkan tangannya untuk menolong. Seketika keriting itu dengan sigap
menjepit tangan pertapa itu. Meskipun jarinya terluka karena jepitan kepiting,
tetapi hati pertapa itu puas karena telah menyelamatkan si kepiting .
Belum
lama bersila untuk melanjutkan meditasinya terdengar lagi suara yang sama dari
tepi sungai , ternyata keriting itu mengalami kejadian yang sama. Kemudian
pertapa itu kembali menggunakan cara yang sama untuk menolong kepiting itu,
yang menyebabkan jari-jarinya terluka dan semakin membengkak.
Melihat
kejadian ini, ada seorang tua yang kemudian datang dan menegur si pertapa muda
itu, “Anak muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hati yang baik. Tetapi ,
mengapa demi menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit kepiting melukai
jarimu hingga sobek dan bengkak?”
Pertapa
itu mencoba menjelaskan, “Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya
untuk memegang benda dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih.
Oleh sebab itu saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka, asalkan
bisa menolong nyawa makhluk lain, saya sudah senang! “
Mendengar
jawaban pertapa itu, kemudian orang tua itu mengambil ranting, lalu dijulurkan
kearah kepiting yang terlihat sedang melawan arus. Segera si kepiting menangkap
ranting itu dengan capitnya. “Lihat anak muda, melatih mengembangkan sikap
belas kasih memang baik, tetapi harus pula disertai dengan kebijaksanaan. Bila
tujuan kita baik, untuk menolong makhluk lain, bukankah tidak harus dengan
mengorbankan diri sendiri. Ranting pun kita bisa manfaatkan, bukan begitu?”
Kata-kata arif itu keluar dari mulut sang orang tua. Seketika itu juga pertapa
itu tersadarkan.
Dalam
hidup ini, banyak hal baik yang kita lakukan, tetapi tidak diiringi dengan
kebijaksanaan, namun hanya menggunakan pemikiran dan kepintaran sendiri saja.
Seperti
juga kita selalu mengikuti keinginan anak, apapun sampai yang tidak perlu kalau
diminta pasti dibelikan, sekali lagi karena sayang. Tapi tanpa sadar kita telah
mencelakakannya menjadi anak yang akan selalu memaksakan keinginannya.
Selanjutnya hal itu akan terbawa sampai ia dewasa nantinya
Ada
kata bijak mengatakan, orang bijak itu terlihat kejam, tapi hatinya sungguh
lembut. Karena yang ia lakukan adalah semata untuk kebajikan.
Jadi
intinya, jangan hanya menggunakan pemikiran dalam setiap hal yang kita lakukan,
tapi pertimbangkan dengan kebijaksanaan, mungkin pada waktu itu kita akan tidak
disenangi, tapi pada akhirnya nanti mereka pasti akan mengerti dan
berterimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar