Swastika
merupakan salah satu simbol yang paling disucikan dalam tradisi Hindu,
merupakan contoh nyata tentang sebuah simbol religius yang memiliki latar belakang
sejarah dan budaya yang kompleks sehingga hampir mustahil untuk dinyatakan
sebagai kreasi atau milik sebuah bangsa atau kepercayaan tertentu.
Diyakini
sebagai salah satu simbol tertua di dunia, telah ada sekitar 4000 tahun lalu
(berdasarkan temuan pada makam di Aladja-hoyuk, Turki), berbagai variasi
Swastika dapat ditemukan pada tinggalan-tinggalan arkeologis ( koin, keramik,
senjata, perhiasan atau pun altar keagamaan) yang tersebar pada wilayah
geografis yang amat luas.
Wilayah geografis tersebut mencakup Turki, Yunani, Kreta, Cyprus, Italia, Persia, Mesir, Babilonia, Mesopotamia, India, Tibet, China, Jepang, negara-negara Skandinavia dan Slavia, Jerman hingga Amerika.
Budha mengambil swastika untuk menunjukkan identitas Arya.
Makna
simbul Swastika adalah Catur Dharma yaitu empat macam tugas yang patut kita
Dharma baktikan baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk umum (selamat,
bahagia dan sejahtra) yaitu:
1. Dharma Kriya = Melaksanakan swadharma dengan tekun dan penuh rasa tanggung jawab
2. Dharma Santosa = Berusaha mencari kedamaian lahir dan bathin pada diri sendiri.
3. Dharma Jati=Tugas yang harus dilaksanakan untuk menjamin kesejahtraan dan ketenangan keluarga dan juga untuk umum
4. Dharma Putus=Melaksanakan kewajiban dengan penuh keikhlasan berkorban serta rasa tanggung jawab demi terwujudnya keadilan social bagi umat manusia.
1. Dharma Kriya = Melaksanakan swadharma dengan tekun dan penuh rasa tanggung jawab
2. Dharma Santosa = Berusaha mencari kedamaian lahir dan bathin pada diri sendiri.
3. Dharma Jati=Tugas yang harus dilaksanakan untuk menjamin kesejahtraan dan ketenangan keluarga dan juga untuk umum
4. Dharma Putus=Melaksanakan kewajiban dengan penuh keikhlasan berkorban serta rasa tanggung jawab demi terwujudnya keadilan social bagi umat manusia.
Makna yang lebih dalam yaitu Empat
Tujuan Hidup yaitu Catur Purusartha / Catur Warga: Dharma, Kama, Artha, Moksa.
1. Dharma = Kewajiban/kebenaran/hukum/Agama/Peraturan/Kodrat
2. Artha = Harta benda / Materi
3. Kama = Kesenangan / Hawa Nafsu
4. Moksa = Kebebasan yang abadi
Swastikadalamberbagaibangsa
Simbol ini, yang dikenal dengan berbagai nama seperti misalnya Tetragammadion di Yunani atau Fylfot di Inggris, menempati posisi penting dalam kepercayaan maupun kebudayaan bangsa-bangsa kuno, seperti bangsa Troya, Hittite, Celtic serta Teutonic. Simbol ini dapat ditemukan pada kuil-kuil Hindu, Jaina dan Buddha maupun gereja-gereja Kristen (Gereja St. Sophia di Kiev, Ukrainia, Basilika St. Ambrose, Milan, serta Katedral Amiens, Prancis), mesjid-mesjid Islam ( di Ishafan, Iran dan Mesjid Taynal, Lebanon) serta sinagog Yahudi Ein Gedi di Yudea.
Simbol ini, yang dikenal dengan berbagai nama seperti misalnya Tetragammadion di Yunani atau Fylfot di Inggris, menempati posisi penting dalam kepercayaan maupun kebudayaan bangsa-bangsa kuno, seperti bangsa Troya, Hittite, Celtic serta Teutonic. Simbol ini dapat ditemukan pada kuil-kuil Hindu, Jaina dan Buddha maupun gereja-gereja Kristen (Gereja St. Sophia di Kiev, Ukrainia, Basilika St. Ambrose, Milan, serta Katedral Amiens, Prancis), mesjid-mesjid Islam ( di Ishafan, Iran dan Mesjid Taynal, Lebanon) serta sinagog Yahudi Ein Gedi di Yudea.
Swastika
pernah (dan masih) mewakili hal-hal yang bersifat luhur dan sakral, terutama
bagi pemeluk Hindu, Jaina, Buddha, pemeluk kepercayaan Gallic-Roman (yang altar
utamanya berhiaskan petir, swastika dan roda), pemeluk kepercayaan Celtic kuna
(swastika melambangkan Dewi Api Brigit), pemeluk kepercayaan Slavia kuno
(swastika melambangkan Dewa Matahari Svarog) maupun bagi orang-orang Indian
suku Hopi serta Navajo (yang menggunakan simbol itu dalam ritual penyembuhan).
Jubah Athena serta tubuh Apollo, dewa dan dewi Yunani, juga kerap dihiasi
dengan simbol tersebut.
Di
pihak yang lain, Swastika juga menempati posisi sekuler sebagai semata-mata
motif hiasan arsitektur maupun lambing entitas bisnis, mulai dari perusahaan
bir hingga laundry.
Bahkan
perusaha besar Microsoft menggunakan lambang swastika miring ke kanan 45
derajat, mungkin sebagai lambang keberuntungan.Karena sampai saat ini tercatat
sebagai perusahaan terkaya di Dunia.
Bahkan,
swastika juga pernah menjadi simbol dari sebuah kekejaman tak terperi saat
Hitler menggunakannya sebagai perwakilan dari superioritas bangsa Arya. Jutaan
orang Yahudi tewas di tangan para prajurit yang dengan bangga mengenakan
lambang swastika (Swastika yang “sinistrovere”: miring ke kiri sekitar 45
derajat) di lengannya.
Swastika sebagai lambang Dewa Ganesha (anak Shiva yang bermuka gajah), sebagai makna Catur Dharma.
Swastika sebagai lambang Dewa Ganesha (anak Shiva yang bermuka gajah), sebagai makna Catur Dharma.
Kata
Krishna pada Arjuna di medan pertempuran ..ketika Arjuna harus berperang
melawan saudaranya sendiri inilah yang salah ditapsirkan oleh Hitler yaitu
“Lakukanlah apapun yang harus kau laukukan selama itu adalah tugasmu. Kau harus
mengemban tugasmu dengan baik walaupun itu berarti harus membunuh (untuk
kebaikan), karena melakukan tugasmu dengan baik adalah bentuk pengabdian pada
Tuhan”
Hitler
mungkin tertarik pada arti swastika makanya dia mengambil lambang swastika dan
membaliknya, makanya dia bisa mambunuh dengan tanpa rasa bersalah. Karena dia
berpikir apa yang diperbuatnya adalah apa yang benar. Dia berlindung dibawah
Swastika yang arahnya terbalik, yang semestinya untuk makna Catur Dharma.
Setelah sang Suyasa memperbaiki cara duduknya. Rsi Dharmakertipun mulailah:
Setelah sang Suyasa memperbaiki cara duduknya. Rsi Dharmakertipun mulailah:
“Anakku,
tadi anakku mengucapkan panganjali: “Om Swastyastu”. Tahukah anakndaapa
artinya? Jika belum, dengarlah! OM adalah aksara suci untuk Sang Hyang Widhi.
Nanti
akan Guru terangkan lebih lanjut. Kata Swastyastu terdiri dari kata-kata
Sansekerta: SU + ASTI + ASTU, Su artinya baik, Asti artinya adalah, Astu
artinya mudah-mudahan. Jadi arti keseluruhan OM SWASTYASTU ialah “Semoga ada
dalam keadaan baik atas karunia Hyang Widhi”.Kata Swastyastu ini berhubungan
erat dengan simbol suci Agama kita yaitu SWASTIKA yang merupakan dasar kekuatan
dan kesejahteraan Buana Agung (Makrokosmos) dan Buana Alit (Mikrokosmos).
Bentuk Swastika ini dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan galaksi atau kumpulan bintang-bintang di cakrawala yang merupakan dasar kekuatan dari perputaran alam ini.Keadaan alam ini sudah diketahui oleh nenek moyang kita sejak dahulu kala dan lambang Swastika ini telah ada beribu-ribu tahun sebelum Masehi.Dan dengan ucapan panganjali Swastyastu itu anakku sebenarnya kita sudah memohon perlindungan kepada Sang Hyang Widhi yang menguasai seluruh alam semesta ini.Dan dari bentuk Swastika itu timbullah bentuk Padma (teratai) yang berdaun bunga delapan (asta dala) yang kita pakai dasar keharmonisan alam, kesucian dan kedamaian abadi.
Bentuk Swastika ini dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan galaksi atau kumpulan bintang-bintang di cakrawala yang merupakan dasar kekuatan dari perputaran alam ini.Keadaan alam ini sudah diketahui oleh nenek moyang kita sejak dahulu kala dan lambang Swastika ini telah ada beribu-ribu tahun sebelum Masehi.Dan dengan ucapan panganjali Swastyastu itu anakku sebenarnya kita sudah memohon perlindungan kepada Sang Hyang Widhi yang menguasai seluruh alam semesta ini.Dan dari bentuk Swastika itu timbullah bentuk Padma (teratai) yang berdaun bunga delapan (asta dala) yang kita pakai dasar keharmonisan alam, kesucian dan kedamaian abadi.
SangSuyasa:
Oh Gurunda, maafkan kalau hamba memotong. Hamba tidak mengirademikian luas maksud dari ucapan panganjali atau penghormatan hamba tadi itu.Betul-betul hamba tidak tahu artinya.Hamba hanya mendengar dmeikian, lalu hamba ikut-ikutan saja.
Oh Gurunda, maafkan kalau hamba memotong. Hamba tidak mengirademikian luas maksud dari ucapan panganjali atau penghormatan hamba tadi itu.Betul-betul hamba tidak tahu artinya.Hamba hanya mendengar dmeikian, lalu hamba ikut-ikutan saja.
RsiDharmakerti:
Memanglah demikian tinggi nilai dari ajaran Agama kita anaknda. Guru gembira bahwa anaknda senang mendengarnya. Ketahuilah bahwa kata SWASTI (su + asti) itulah menjadi kata SWASTIKA. Akhiran “ka” adalah untuk membentuk kata sifat menjadi kata benda. Umpamanya: jana – lahir; janaka – ayah; pawa – membakar; pawaka – api, dan lain-lainnya.
Memanglah demikian tinggi nilai dari ajaran Agama kita anaknda. Guru gembira bahwa anaknda senang mendengarnya. Ketahuilah bahwa kata SWASTI (su + asti) itulah menjadi kata SWASTIKA. Akhiran “ka” adalah untuk membentuk kata sifat menjadi kata benda. Umpamanya: jana – lahir; janaka – ayah; pawa – membakar; pawaka – api, dan lain-lainnya.
Ingatkah
anaknda apa yang Guru pakai untuk menjawab ucapan panganjali itu?Rsi
Dharmakerti:
Tidak mengapa anaknda, Guru akan jelaskan bahwa arti kata OM SHANTI, SHANTI, SHANTI itu ialah: Semoga damai atas karunia Hyang Widhi”
Tidak mengapa anaknda, Guru akan jelaskan bahwa arti kata OM SHANTI, SHANTI, SHANTI itu ialah: Semoga damai atas karunia Hyang Widhi”
Shanti
artinya damai.Dan jawaban ini hanya diberikan oleh orang yang lebih tua kepada
yang lebih muda.Sedangkan jawaban atau sambutan terhadap panganjali “Om
Suastiastu” dari orang yang sebaya atau dari orang yang lebih tua cukuplah
dengan Om Swastiastu yaitu sama-sama mendoakan semoga selamat.Hanya yang lebih
tua patut memakai.Om Shanti, Shanti, Shanti terhadap yang lebih muda.Atau
dipakai juga untuk menutup suatu uraian atau tulisan.
SangSuyasa:
Gurunda, maafkan atas kebodohan diri hamba. Akan sangat banyak yang hamba tanyakan supaya benar-benar sirnalah segala kegelapan yang melekat di jiwa hamba.
Gurunda, maafkan atas kebodohan diri hamba. Akan sangat banyak yang hamba tanyakan supaya benar-benar sirnalah segala kegelapan yang melekat di jiwa hamba.
Gurunda,
walaupun kedengarannya agak ke-kanak-kanakan maafkanlah jika anaknda bertanya
apa arti agama itu sendiri. Agma artinya menuju kepada satu tujuan yaitu
moksartham Jagadhita ya ca iti Dharma. Artinya mencapai kebebasan diri lahir
maupun Bathin dari ikatan ke duniawian. Agama juga mengandung makna Tri Murti
yaitu Brahma, Wisnu dan Siwa. Yaitu dengan wujud fisik secara visual adalah
Api, Air dan Angin. Didalam diri kita adalah Suhu badan, darah dan nafas.
Demikianlah nasehatku Ananda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar